Inspirasi untuk kehidupan

Hidup tidak selalu mudah. Kadang kita tersandung dan jatuh. Halangan dan cobaan senantiasa ada dalam kehidupan. Tapi semua hambatan itu tak harus dianggap sebagai rasa sakit semata, tapi juga proses pembelajaran yang bernilai tinggi. Blog ini merupakan curahan pikiran saya tentang hidup, karir, bisnis, dan apapun yang lazim terjadi dalam kehidupan seorang manusia, entah dia seorang entrepreneur, karyawan, Ibu Rumah tangga atau siapapun.

Wednesday, November 5, 2008

Sukses dari Kacamata Kendali Mutu


Hukum Sebab-Akibat.
Dalam pemikiran industri kita mengenal model sederhana tentang proses.
Ada masukan(input), proses dan keluaran (Output).
Input - Process - Output
Bila kita analogikan dalam kehidupan, kesuksesan juga dapat dipandang dari model ini juga. Untuk sukses sesorang butuh sumber daya (energi,uang,waktu,keahlian,metode dan sebagainya) sebagai bahan atau modal awal. Kemudian dia harus menjalani serangkaian tahap untuk mengolah semua bahan tersebut. Dan terakhir dia memperoleh hasilnya (berupa sukses atau gagal). Jadi tak akan pernah ada sebuah kesuksesan tanpa dua hal sebelumnya (tanpa sumber daya dan tanpa proses sebelumnya)!. Hukum sebab-akibat berlaku di sini. Sederhananya, dalam menyikapi suatu kegagalan atau keberhasilan, evaluasi-lah masukan dan proses-nya karena di sanalah sumbernya.

Batasan.
Pada saat masih menjalani pekerjaan di bidang quality management, penulis terbiasa menggambarkan perjuangan hidup dalam konsep-konsep pengendalian mutu (quality Control Concepts) yang biasanya dipakai dalam dunia manufaktur. Dalam benak pada saat menghadapi segala sesuatu kita akan selalu berada dalam constraint (batasan-batasan tertentu), entah sumber daya, waktu, tenaga atau uang, dan sebagainya. Batasan tersebut kemudian membuahkan kapabilitas atau kapasitas produksi kita. Contoh sederhananya begini, seseorang yang memiliki modal pas-pasan tentunya memiliki kapasitas terbatas dalam memulai suatu bisnis baru. Sebaliknya dengan modal yang lebih besar maka dia akan memiliki spektrum pilihan yang lebih lebar. Seseorang dengan tingkat keahlian rendah jelaslah dipandang memiliki kapabilitas yang rendah untuk menghasilkan produk yang bermutu terutama untuk jenis pekerjaan yang mengandalkan keahlian personal(personal skills) bukan pekerjaan yang lebih mengandalkan mesin. Sesorang yang memiliki bekal pendidikan dan keahlian memadai akan lebih mudah bersaing dalam dunia kerja karena kapabilitasnya lebih tinggi.

Demikian pula bila kita berbicara tentang kesuksesan. Hal ini juga tidak bisa terlepas dari batasan tadi. Kendati demikian batasan tak selalu berarti membatasi atau menghambat kita untuk menjangkau tujuan yang tinggi. Selalu ada cara untuk keluar dari kotak batasan. Kreativitas adalah hal lain yang juga penting untuk mengatasi keterbatasan. Contoh sederhananya adalah sesorang mungkin tidak memiliki keahlian khusus yang bisa diserap dalam dunia industri tetapi munkin dia bisa menjadi seorang entrepreneur yang berbakat. Batasan adalah landasan kita berpijak dan berfikir realsitis dalam menghadapi masalah dan tidak perlu menjadi penghambat. Dengan perkataan lain, untuk memiliki probabilitas kesuksesan lebih tinggi kita perlu memperkuat kemampuan /keahlian kita. Belajar adalah satu-satunya sumber untuk mengatasi hal ini.

Strategi.
Berbicara tentang kesuksesan berarti kita berbicara tentang efektivitas segala upaya untuk mencapai hasil. Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik tetap akan mengalami kesulitan meraih kesuksesan bila cara berfikir dan bertindaknya tidak efektif. Contohnya terdapat begitu banyak pelamar kerja dengan latar belakang pendidikan dan keahlian tertentu melamar ke bidang atau posisi yang tidak tepat dengan persyaratan yang dituntut industri. Seandainya dia memancing di kolam yang tepat tentunya dia tidak perlu menghabiskan enerji dan waktu tanpa hasil. Pelamar seperti ini akan lebih berhasil mendapatkan pekerjaan bila membidik pekerjaan yang tepat dengan kualifikasi mereka sambil terus-menerus memperlajari kesalahan atau kekurangan yang terjadi dari setiap kegagalan proses melamar kerja mereka. Dalam bisnis hal serupa juga terjadi. Seseorang yang memiliki modal besar dan memulai sebuah bisnis tanpa konsep marketing yang jelas dan sistem manajemen yang memadai akhirnya harus menelan pahitnya kegagalan di dunia usaha. Jadi efektivitas dari segala upaya harus dimulai dengan memfokuskan diri kepada tujuan-tujuan yang jelas. Beberapa hal yang perlu dirumuskan pertama kali adalah apa tujuan spesifik yang ingin dicapai dan bagaimana rincian tindakan untuk mencapainya. Dalam manajemen kita menyebut hal ini sebagai langkah perencanaan. Ini adalah hal terpenting pertama yang perlu dipikirkan karena berisi arahan kemana kita hendak melangkah dan juga strategi bagaimana kita akan mencapai tujuan.

Kendali.
Seseorang mungkin memiliki kapasitas yang besar untuk sukses namun bila dia tidak bekerja efektif maka peluang suksesnya pun mengecil. Mengapa demikian? Karena sukses butuh pengendalian akan berbagai faktor penunjang kesuksesan, salah satunya pengendalian diri misalnya disiplin dan kemauan yang keras. Semakin baik pengendalian ini maka probabilitas kesuksesan pun lebih tinggi. Dalam dunia industri dikatakan bahwa mutu produk yang tinggi adalah buah dari sistem pengendalian mutu yang tinggi pula. Dalam kehidupan sehari-hari bisa kita katakan bahwa seseorang yang sukses pastilah memiliki pengendalian diri yang tinggi.

Tuesday, October 21, 2008

Sukses adalah Resultan dari Upaya.....

Layaknya kebanyakan orang aku kadang suka mempertanyakan hal-hal filosofis dan mendasar dalam kehidupan, seperti : apa sih sebenarnya hakikat dari sebuah kesuksesan itu?

Apakah kesuksesan adalah suatu takdir? sebuah kebetulan? Betulkah sukses adalah buah dari kerja keras? dan yang semacamnya.

Namun lama-kelamaan aku membuat kesimpulan sendiri tentang hal satu ini. Menurutku kesuksesan bukanlah hal yang final. Kesuksesan adalah resultan atau hasil aksi-reaksi dari begitu banyak upaya yang telah kita lakukan dalam hidup. Artinya, untuk mencapai sukses, selain memiliki mimpi dan visi yang jelas tentang apa yang ingin kita capai (berkebalikan dengan yang sebagaian orang yakini bahwa kesuksesan akan datang sendiri dengan membiarkan segala seuatu nya spontan dan mengalir!), orang harus melakukan banyak upaya.

Sekali lagi banyak upaya, antara lain meliputi perencanaan (mungkin tak hanya single plan tapi multiple plan), lalu serangkaian aktivitas untuk merintis dan mewujudkan cita-cita tersebut. Banyak orang memiliki mimpi yang bagus tapi sedikit saja yang mampu mewujudkannya. Mengapa demikian? Banyak orang lupa bahwa mimpi (seberapa pun sederhanya) butuh kerja keras untuk mewujudkannya. Seorang seniman atau musisi sukses butuh serangkaian aktivitas dan pengalaman (tak perduli lama atau singkatkah waktu yang harus dilalui) untuk mencapai popularitas yang saat ini dia nikmati. Seorang politisi harus melalui serangkaian kampanye dan aktivitas padat dan melelahkan untuk meraih simpati para voter-nya, dan sebagainya. Singkat-nya, tak ada kesuksesan yang datang tanpa sebab (baca: upaya yang jelas sebelumnya). Kata sukses sendiri merupakan akibat dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sebelumnya.

Nah, terakhir soal seberapa sukses. Sederhananya menurutku tingkat kesuksesan seseorang pastilah disebabkan seberapa keras atau seberapa serius dia menjalani proses atau aktivitas untuk mencapai tujuannya itu. Semakin keras dan maksimum pastilah hasilnya pun maksimum, karena sukses adalah resultan dari upaya termaksimum yang bisa dilakukan seseorang.

Thursday, March 20, 2008

Teori Relatiftas dan Produktifitas Waktu


Semua orang pasti sudah tahu bahwa waktu adalah berharga. (Aku malas mengucapkan pepatah klise itu). Waktu memiliki keunikan yang umumnya tidak disadari oleh banyak orang Semua tahu bahwa waktu tidak dapat disimpan (diakumulasi) agar dapat digunakan lagi keesokan harinya. . Waktu tidak pernah berhenti (tidak se-per-nano detik pun). waktu terdistribusi dengan adil dan merata alokasinya bagi semua orang, tak perduli usia, jenis kelamin atau status sosialnya. Semua mendapat jatah yang sama.

Tetapi kendati sesederhana itu sifat alamiah waktu, banyak juga yang tidak mengerti “Hukum relatifitas waktu”. Maaf, saya tidak ingin menjadi sepintar Einstein dengan Teori Relatifitas-nya atau Stephen Hawking dengan Theory of Everything-nya, saya cuma ingin menyebutnya “teori relativitas waktu”. (Jadi sah-sah saja bila ada yang protes atau keberatan.) Dalam fiksi ilmiah seperti Heroes atau QuantumLeap digambarkan bahwa teknologi manusia kelak mampu “melipat” time and space continum,dan menciptakan “worm hole” yang memungkinkan orang maju atau mundur dalam ruang dan waktu, namun faktanya hingga kini belum ada ynag mampu melakukannya. Menurut saya kendati waktu tergolong “kaku”, karena tidak dapat dilipat atau dibengkokkan, namun waktu memiliki “kelenturan” dalam relativitas dalam nilai-nya, relatif terhadap orang yang berbeda. Contoh sederhananya begini, bagi seorang decision maker di sebuah perusahaan papan atas maka 1 (satu) atau 2(dua) menit selisih waktu akan bernilai untung atau rugi trilyunan rupiah. Pada saat (dan alokasi waktu yang sama) bagi seseorang yang lain (misalnya, maaf, seorang pemulung) 1 (satu) atau 2 (dua) menit yang sama tersebut bisa dibilang relatif “tidak ada bedanya”. Dengan perkataan lain bagi si pemulung tidak ada “biaya kesempatan” (opportunity cost) dari selisih rentang waktu tersebut baginya. Bagi seorang komandan, timing yang tepat yang diperhitungkannya dan yang dimilikinya dalam hitungan detik sekalipun bisa menentukan kemenangan peperangan ataupun keselamatan seluruh pasukannya. Jadi jelaslah waktu menjadi relatif dan “fleksibel” sesuai dengan “siapa’ orang-nya dan “bagaimana tingkat kepentingan” orang itu.


Nah sekarang mari kita ke diskusi yang lebih menarik.: Bagaimana agar waktu kita secara relatif bergeser dari yang bernilai “rendah” ke nilai yang lebih tinggi?

Apakah dengan meminta jatah waktu lebih banyak? (tentu , tidak mungkin). Ataukah apa?

Anda bisa melihat bahwa sebenarnya hukum relatiftas waktu selalu bekerja secara konsisten.

Sederhananya begini , kendati waktu adalah kaku dan tidak dapat dimanipulasi (tak bisa di hentikan, dpercepat ataupun diperlambat) akan tetapi waktu bernilai relatif tidak sama bagi dua orang yang berbeda.

Apa yang membedakan ? Salah satu kata kuncinya adalah Produktifitas manusianya.

Apabila anda, (ya benar, anda!), mampu memanfaatkan jumlah yang sama dari waktu yang ada untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih baik dari sebelumnya maka anda sebenarnya telah menaikkan harga relatif waktu anda, alias anda lebih “ber-nilai tambah atau “lebih produktif dibandingkan sebelumnya. (ataupun dibandingkan dengan orang lain?). Bila demikian halnya maka konsep ini bisa pula dinamakan “Hukum Produktifitas Waktu”.

Jadi, bila anda sadar telah memiliki “sumber daya yang langka” yang bernama “waktu”, maka manfaatkanlah dengan se-produktif mungkin. Itu saja, prinsipnya. Selamat memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang produktif!

Monday, March 3, 2008

Rule of Balance

Banyak hal dalam hidup kita ini yang merupakan keseimbangan.

Pada kenyataannya esensi kehidupan salah satunya adalah soal keseimbangan.

Kita harus bekerja dan juga beristirahat. Kita harus berusaha dan juga berdoa.

Kita harus bersemangat tinggi tetapi juga pasrah kepada kekuasaan Tuhan.

Kita harus mencari uang dan juga harus mengeluarkan uang.

Nyaman tidaknya kehidupan kita, juga sedikit banyak, dapat dilihat indikasinya dari keseimbangan ini.

Jadi marilah meninjau kembali keseimbangan hidup kita.

Kita Tidak Akan Pernah Mampu Merubah Dunia


Judul di atas terdengar pesimistis? Tidak juga, karena sudut pandang tulisan ini bukan tentang perubahan tetapi lebih kepada bagaimana kita memandang lingkungan kita. Dalam kehidupan kita tidak pernah bisa menghindar dari interaksi dengan orang lain. Kendati kita lahir sendirian (dan meninggalkan dunia ini sendirian pula), kita selalu bertemu dan berurusan dengan orang lain. Mulai dari Ibu yang mengurusi kita, pembantu, teman, atasan, rekan kerja, bawahan dan sebagainya.

Dalam interaksi tersebut selalu ada kondisi yang tidak senantiasa "win-win solution" alias ada saja yang agak dikalahkan atau dimenangkan (tergantung posisi tawar / bargaining posisition masing-masing fihak). Anak kecil akan merengek atau menangis sekerasnya agar permintaannya dipenuhi. Seorang isteri akan merajuk agar kemauannya diperhatikan suami. Sekelompok karyawan melakukan aksi demo untuk menuntut kenaikan upah, dan sebagainya. Singkat kata, semua orang memiliki kebutuhan dan keinginan. Dan semua orang ingin kebutuhan dan keinginannya itu didengar dan dipenuhi.

Dengan demikian akan ada banyak perbedaan kepentingan dan akan timbul sejumlah konflik. Bagaimana kita sebaiknya menyikapi keadaan demikian? Pertama, kita harus mengerti bahwa ada banyak fihak dengan banyak kepentingan. Kedua, kita harus sadar seberapa besar posisi tawar kita. Ketiga, kita harus memiliki teknik dan pendekatan yang tepat untuk memenangkan negosisasi-nya. Dan Keempat (tidak kalah peting), kita harus siap menerima seandainya kebutuhan/keinginan kita tidak dapat dipenuhi.

Bila tidak siap maka kita akan selalu frustrasi. Pada kenyataannya banyak orang yang berpikir bahwa dirinya harus selalu menjadi pusat perhatian. Harus didengar, harus dimengerti. Padahal hal semacam ini hampir tidak mungkin terjadi (kecuali dengan cara paksa). Dan terus terang, ini adalah pola pikir yang cenderung selfish (egoistis).

Dunia (lingkungan sekitar kita) tidak akan pernah mengerti kita hingga kita mampu mengkomunikasikan kebutuhan atau kepentingan kita. Jika kita diam maka tidak ada yang tahu. Jadi adalah kurang bijaksana bila kita berharap semua orang akan mengerti kita. Lebih buruk lagi bila kita berharap bahwa dunia akan berubah demi kepentingan kita. Well, hal semacam itu tidak mungkin terjadi.

Yang ada adalah kita lah yang harus berubah (menyesuaikan diri) dengan dunia. Dimulai dari berkomunikasi, berinteraksi atau berdialog. Barulah pemahaman dan saling pengertian itu bisa terjadi.